Wednesday

Enrich your live everyday !

Buddha pernah mengajarkan, ”Pekerjaanmu di dunia adalah untuk menemukan pekerjaan kamu dan lalu dengan sepenuh hati menyerahkan diri kepadanya. Hal ini berarti bahwa kita harus dapat menemukan apa yang menjadi pekerjaan kita yang sebenarnya. Pekerjaan apa yang benar-benar sesuai dengan kata hati kita. Jika kita sudah menemukan pekerjaan tersebut, kita harus sepenuhnya berdedikasi dan mencintai pekerjaan tersebut.
Lalu apa hubungan pekerjaan kita dengan kecerdasan spiritual kita? Apakah mereka yang bekerja memiliki kecerdasan spiritual yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak bekerja? Apakah kecerdasan spiritual seseorang menentukan keberhasilannya dalam karier atau pekerjaannya?
Pekerjaan dapat menyediakan kesempatan untuk pertumbuhan spiritual dan diri pribadi, serta juga pertumbuhan hubungan dengan orang lain, pertumbuhan rasa percaya diri dan harga diri, pertumbuhan keuangan dan kesejahteraan. Apabila semua itu tidak tercapai, berarti kita sudah membuang banyak waktu dalam menjalani kehidupan kita.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate Ludeman terhadap 800-an manajer perusahaan yang mereka tangani selama 25 tahun, ditemukan kesimpulan yang cukup mengejutkan. Apabila Anda hendak mencari orang-orang dengan kecerdasan spiritual yang sangat tinggi, orang-orang suci sejati (the real mystics), Anda tidak akan menemukannya di gereja, masjid, pura, kuil, vihara; namun Anda akan menemukannya di korporasi-korporasi besar yang sukses.
Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam sebuah buku yang berjudul the Corporate Mystics, menunjukkan bahwa pemimpin-pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya adalah orang-orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami orang lain dengan baik, terinspirasi oleh visi, mengenal dirinya sendiri dengan baik, memiliki spiritualitas yang nondogmatis, selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain. Para pemimpin yang sukses lebih mengamalkan nilai-nilai spiritual dibandingkan orang lain.
Mereka yang cerdas secara spiritual adalah mereka yang berhasil memberi makna dalam kehidupannya dengan bekerja. Selain contoh dari para CEO perusahaan besar di Amerika Serikat, contoh mengenai perjuangan Bunda Teresa, Mahatma Gandhi, Nelson Mandela adalah contoh bahwa bekerja bukan hanya sekedar rutinitas dan hal-hal yang bersifat teknis semata.
Bekerja adalah upaya kita untuk memberi makna pada kehidupan kita dan jalan menuju ke arah takdir atau misi hidup yang harus kita jalani.

Pekerjaan dan Jalan Hidup
Bagi sebagian besar orang, bekerja adalah beban. Kita mendengar ungkapan TGIF (Thank God It’s Friday), I Hate Monday, yang menunjukkan betapa kita merasa segan untuk memulai rutinitas pekerjaan hari demi hari. Pekerjaan bukanlah sesuatu yang kita tunggu-tunggu dan kita harapkan. Bekerja adalah sebagai beban yang harus kita pikul paling tidak lima hari dalam seminggu. Dengan pola pikir seperti ini, kita tidak akan pernah mencapai hal-hal terbaik dalam kehidupan kita. Bagi kita bekerja adalah sekedar mengumpulkan uang untuk kemudian kita nikmati. Entah itu makan di restauran yang enak, Happy Hours di Café, Bar, disko, karaoke, jalan-jalan ke luar negeri, belanja, pokoknya segala sesuatu yang sifatnya hadiah atas kerja keras kita.
Selain itu banyak orang berpikir bahwa bekerja adalah sekedar untuk mencari nafkah–sekedar untuk bertahan hidup. Padahal sesungguhnya bekerja adalah lebih dari sekedar mencari nafkah. Makna bekerja jauh lebih dalam dari sekedar itu semua. Bekerja adalah perwujudan misi atau keberadaan kita dalam tubuh manusia kita. Sebagai makhluk spiritual kita memiliki tugas atau maksud keberadaan kita di dunia. Jadi bekerja adalah kegiatan utama kita di dunia dan sebagai bagian penting dari perjalanan hidup kita untuk mencapai misi hidup dan takdir kita.
Oleh karena itu penting sekali bagi kita untuk menemukan pekerjaan yang sesuai dengan misi hidup kita. Pekerjaan yang dapat memberi kita perasaan istimewa, pekerjaan yang dapat memberi arti bagi kehidupan kita, pekerjaan yang kita cintai dan tekuni sepenuh hati. Ada banyak jenis pekerjaan yang mungkin pernah kita miliki atau lakukan, tetapi pasti hanya ada satu pola atau jalur yang akhirnya membawa kita kepada pencapaian misi hidup kita.
Dalam bukunya, Thick Face Black Heart, Chin-Ning Chu mengatakan bahwa kalau kita jujur terhadap pekerjaan yang ditugaskan kepada kita, maka takdir juga akan jujur kepada kita. Oleh karena itu, untuk menemukan misi dan tujuan hidup, kita harus mencintai pekerjaan kita. Namun, kita tidak dapat mencintainya sebelum kita memiliki sebuah pekerjaan. Jika sedang menganggur carilah pekerjaan meskipun itu paruh waktu (part-time). Apabila belum juga menemukan pekerjaan yang cocok, mungkin sudah saatnya mencoba usaha wiraswasta kecil-kecilan. Orang yang bekerja akan lebih percaya dan yakin pada dirinya sendiri untuk memenuhi seluruh kebutuhannya, dibandingkan orang yang terbiasa menyerahkan masalahnya kepada orang lain dan meminta belas kasihan.
Pekerjaan yang baik akan memberi kita sebuah kehidupan yang baik pula. Berkorban untuk menjadi yang terbaik yang bisa kita capai adalah suatu pernyataan cinta kepadanya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Prabu Krishna dalam Bhagavad Gita:
Kalau Anda melakukan pengorbanan dalam melakukan tugas,
Anda tidak perlu melakukan apa-apa lagi.

Mengabdi pada tugas, orang mencapai kesempurnaannya.
Lebih jauh saya ingin mengatakan bahwa bekerja membuat kita menjadi lebih cerdas secara spiritual. Paling tidak kita memiliki perasaan menuju ke suatu tujuan (sense of purpose). Kita merasa bahwa kita memiliki arti baik bagi diri kita sendiri, bagi orang-orang yang kita cintai bahkan bagi bangsa dan umat manusia pada umumnya.
Pertanyaan yang sering muncul dalam pikiran kita adalah apakah pekerjaan saya saat ini sesuai dengan hati saya. Apakah yang saya jalani saat ini akan membawa saya kepada tujuan hidup, impian-impian dan misi hidup saya? Bagaimana saya tahu bahwa pekerjaan saya saat ini adalah yang terbaik dan paling pas buat kehidupan saya?
Untuk menjawab berbagai pertanyaan tersebut, saya ingin mengutip sebuah kutipan yang menjadi kutipan pembuka Bab 13 buku SQ: Connecting with Our Spiritual Intelligence karya Danah Zohar dan Ian Marshall, yang berbunyi: ”It is useless to waste your life on one path, especially if that path has no heart. Before you embark on a path, you ask the question: Does this path have a heart? If the answer is no, you will know it, and then you must choose another path. A path without heart is never enjoyable. You have to work hard even to take it. On the other hand, a path with heart is easy; it does not make you work at liking it.( Carlos Castaneda, The Teachings of Don Juan.)
Kutipan tersebut menunjukkan tanda atau indikator apakah pekerjaan kita adalah pekerjaan yang dapat menuntun kita kepada takdir kita atau tujuan hidup kita. Kuncinya adalah hati. Kita harus senantiasa bertanya: Apakah pekerjaanku saat ini memiliki hati? Apakah aku bekerja dengan hati?Apakah aku mencintai pekerjaanku? Apakah pekerjaanku ini akan membawaku kepada impian-impian dan tujuan hidupku? Apakah pekerjaan ini mendukung misi hidupku untuk menolong sesama? Jika jawabannya tidak, maka kita harus segera memilih jalan yang lain.
Dalam pandangan agama samawi (Yahudi, Kristen, Islam), manusia bekerja adalah karena kutukan dari Tuhan ketika manusia jatuh ke dalam dosa—ketika memakan buah pengetahuan baik dan buruk. Bekerja memang dapat diartikan sebuah keharusan bagi manusia karena setiap kita memiliki misi dalam keberadaan kita selama di dunia ini. Sebagai makhluk spiritual dalam wadag manusia, kita harus dapat menemukan jalan kehidupan (life path) yang harus kita jalani.
Jalan yang dimaksud di sini adalah menemukan makna hidup kita sendiri yang paling dalam, bertindak berdasarkan motivasi kita yang paling dalam, dan menjalankan tindakan tersebut demi keluarga dan orang-orang yang kita cintai, demi masyarakat-bangsa dan negara. Jalan kehidupan kita adalah pengembaraan kita dalam kehidupan sebagai manusia di dunia, hubungan kita, pekerjaan kita, tujuan dan impian kita, dan cara kita menjalani semua ini. Menurut Danah Zohar, dalam bukunya SQ: Connecting with Our Spiritual Intelligence, mengikuti jalan dengan kecerdasan spiritual, atau dengan hati, berarti bersikap teguh dan mengabdi.
Seseorang mungkin cukup beruntung telah dapat menemukan sebuah jalan hidup yang murni dengan hati ketika usianya masih muda. Namun tidak sedikit pula yang belum menemukan makna atau jalan hidupnya ketika usianya sudah menjelang senja. Tetapi sejarah membuktikan bahwa banyak sekali mereka yang mencapai makna hidupnya pada usia senja, sebagai contoh: Kolonel Sanders (Kentucky Fried Chicken), Ray Kroc (McDonalds), Michael Angelo (pelukis kubah Katedral Santo Petrus di Vatikan), Daniel Defoe (penulis buku Robinson Crusoe), dan masih banyak lagi.
Tujuan utama kita bekerja adalah menemukan makna dan merasakan getaran yang membimbing kita dalam mencapai takdir atau tujuan hidup kita.
Dalam beberapa episode kehidupan kita, seringkali kita berpikir benarkah jalan hidup yang saya lalui? Di sepanjang masa kehidupan, jalan spiritual utama seseorang sering berubah. Itu mungkin terjadi secara lambat laun, atau secara tiba-tiba ketika terjadi krisis setengah-baya (mid-life crisis) pada usia empat puluhan atau bahkan satu dasawarsa sesudahnya.
Menurut Danah Zohar dalam buku SQ: Connecting with our Spiritual Intelligence, tersebut Jika perubahan jalan spiritual utama kita adalah pergantian energi yang murni dan bukan semata-mata suatu episode traumatik, mungkin kita akan tetap bisa menerima dengan baik jalan kita yang sebelumnya sambil menambahkan dimensi-dimensi lain.
Saya sendiri menemukan jalan hidup ketika saya selesai menulis buku pertama. Menurut istilah Danah Zohar, saya menjalani jalan pengasuhan (nurturing), di mana misi hidup saya adalah untuk membimbing dan memberdayakan orang lain agar dapat menemukan potensi diri terbaiknya dan mencapai impian-impian mereka.
Melalui tulisan, buku, menjadi dosen, pembicara publik, saya mencoba mengaktualisasikan diri saya untuk mencapai misi hidup saya. Kemudian agar dapat menjangkau lebih banyak orang dan lebih cepat, saya dan sejumlah teman sejak awal tahun ini mulai membangun Q Society dengan cara pertumbuhan sel dan jaringan. Artinya saya membantu orang lain dalam sebuah kelompok kecil di mana setelah tiga bulan, setiap anggota kelompok akan dapat mulai membangun sebuah kelompok yang dipandunya.
Bekerja akhirnya haruslah menjadi sesuatu yang memberi makna pada kehidupan kita dan dapat membantu kita untuk mencapai impian-impian kita serta menuntun kita ke arah tujuan atau takdir kehidupan kita. Bekerja adalah sarana kita untuk mengamalkan misi hidup kita. Bekerja adalah tugas suci kita selama berada di dunia fana ini.
Sebagai makhluk spiritual, pekerjaan kita hanya satu yaitu bekerja untuk menjalankan misi hidup kita. Pekerjaan kita itulah cara kita untuk mewujudkan impian dan tujuan hidup kita. Pekerjaan kitalah yang akan membantu kita untuk bertumbuh secara spiritual.

Bekerja dengan Penuh Cinta
Ada sebuah kutipan yang menarik dalam wall paper komputer laptop saya yang berbunyi. ”There are many things that catch your eyes, but only a few that catch your heart. Pursue those.” Ada banyak hal yang menarik mata kita, tetapi sedikit sekali yang menarik hati kita. Kejarlah apa yang menarik hatimu itu.
Cinta terhadap sesuatu, termasuk pekerjaan atau hobi dapat mewujudkan sebuah prestasi yang gemilang dalam bidang pekerjaan atau hobi kita. Lakukan segala sesuatu dengan penuh rasa cinta, maka kita akan memperoleh hal-hal terbaik dalam bidang tersebut. Bekerja dengan penuh rasa cinta akan jauh berbeda dengan mereka yang bekerja karena uang semata.
Jika kita mencintai apa yang kita kerjakan sehari-hari, kita dapat meraih hasil yang terbaik. Semua orang yang sukses adalah mereka yang mencintai apa yang mereka kerjakan.
Sebagai teladan kita lihat Warren Buffet, salah seorang terkaya di dunia. Pada suatu hari dalam sebuah seminar di Universitas Nebraska dia ditanya rahasia kesuksesannya. Dia menjawab bahwa apa yang dia lakukan tidak ada yang istimewa, ”Saya tidak berbeda dari Anda sekalian,” katanya. ”Jika ada, perbedaannya hanya bahwa saya bangun setiap pagi dan memiliki kesempatan untuk melakukan apa yang saya cintai setiap harinya.”
Dengan melakukan apa yang kita cintai untuk orang-orang yang kita cintai, kita akan memperoleh hal-hal terbaik yang dapat ditawarkan kehidupan ini kepada kita. Intinya, cintai pekerjaan kita atau carilah pekerjaan yang kita cintai. Banyak orang sukses karena menekuni dan melakukan hal-hal yang mereka cintai dengan kesungguhan hati. n

Source : Anonime, internet !

No comments: